26 December 2020

Pemahaman yang Salah Tentang Susu Kental Manis




Siapa suka makan makanan yang manis-manis? 

Pasti banyak yang suka, deh ya..

Apalagi kalau di atasnya diberi toping susu kental manis, seperti martabak cokelat atau keju, es teler, es campur atau jus alpukat. Rasa manisnya bikin makanan atau minuman jadi semakin nikmat. 

Selain digunakan untuk tambahan makanan atau dikucurkan di atas es, ada nggak yang menggunakan susu kental manis sebagai minuman, yang diminum sebagaimana layaknya susu? 

Duh, jujur, dulu saya begitu >,<

Maraknya iklan di televisi dan majalah yang menyebutkan bahwa susu kental manis adalah susu yang memiliki kandungan gizi, membuat orang salah persepsi. Apalagi, di iklan-iklan tersebut, susu kental manis disajikan sebagai minuman yang lezat. Padahal, penggunaan susu kental manis yang tepat hanyalah sebagai pelengkap penyajian. Bukan  sebagai susu pelengkap gizi.

Ya, sampai saat ini, sebagian orang masih meyakini susu kental manis adalah susu yang dapat membantu tumbuh kembang anak. Sebagian masyarakat sampai saat ini masih memberikan susu kental manis pada anak usia dini. Padahal, susu kental manis atau SKM memiliki kandungan gula yang tinggi. Kandungannya pun berbeda dengan susu yang dibuat khusus untuk tumbuh kembang anak.

Dalam webinar "Membangun Kesadaran Gizi Keluarga dari Usia Dini" bersama YAICI dan HIMPAUDI yang saya ikuti pada tanggal 22 Desember lalu, saya mendapatkan informasi dari narasumber yang hadir. Meski hanya lewat zoom, penjelasan dari Prof, dr. Ir Netty Herawati, M.Si, Bapak DR.dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), Bapak Arif Hidayat, SE, MM, dan moderator Kang Maman Suherman, dapat menambah wawasan tentang apa yang terjadi pada saat ini.



Fakta yang harus diakui, saat ini, angka stunting di Indonesia masih menjadi PR yang harus segera dicarikan solusinya. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya memilih makanan yang bergizi pada anak. 

Pada kasus SKM, harganya yang murah dan mudah ditemukan di warung-warung, membuat sebagian orang tua menjadikannya sebagai pelengkap gizi anak. Padahal, masih banyak bahan makanan lain yang terjangkau yang bisa diberikan pada anak. 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di 5 provinsi ditemukan 1 dari 7 anak, masih minum susu kental manis setiap hari. Selain itu, ditemukan 28,96% dari total responden mengatakan kental manis adalah susu  pertumbuhan. 

Salahnya pemahaman ini menyebabkan anak-anak mengalami gangguan dalam pertumbuhannya. Anak-anak mengalami stunting, kurang gizi, karena orang tuanya hanya mengandalkan gizi yang didapat dari konsumsi susu kental manis. Di sisi lain, kandungan gula yang tinggi membuat  ancaman obesitas mengintai. 


PERAN PAUD DALAM PENCEGAHAN STUNTING




Untuk mengatasi masalah yang terjadi, diperlukan langkah yang signifikan, agar masyarakat dapat mengubah cara pandangnya. Salah satunya melalui PAUD. Informasi dan penyuluhan-penyuluhan yang diberikan secara langsung oleh para guru PAUD, diharapkan dapat memberikan pencerahan pada orang tua, sekaligus anak didik sejak usia dini.

Masyarakat membutuhkan informasi yang benar tentang bagaimana memberikan makanan yang tepat, sesuai dengan usia anak. Bagaimana cara mengolah makanan yang baik dan bergizi dengan harga terjangkau.

Diharapkan dengan penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh guru PAUD di setiap daerah, dapat menekan dan mengurangi angka stunting di Indonesia. Sehingga ke depannya, anak-anak Indonesia akan tumbuh sehat, cerdas dan ceria.

Kita doakan bersama, ya..












12 December 2020

Menanti Hadirnya Vaksin untuk Hadapi Pandemi





"Ma, kira-kira kapan ya, kita bebas dari pandemi?"
Keluh anak saya, usai merapikan buku di meja belajarnya. Raut wajahnya menyiratkan rasa bosan. Berbulan-bulan menghabiskan waktu di rumah, benar-benar membuatnya rindu dengan aktivitas seperti sebelum Covid 19 menyerang.

Seperti siswa lain yang juga terkena dampak pandemi, hari-harinya lebih banyak dihabiskan dengan mengerjakan tugas. Kalau nggak di hp, ya di depan laptop. Sebentar-sebentar foto dan bikin  video. 
Walau lama-lama bisa juga beradaptasi, tapi tetap saja kebutuhan untuk sesekali bersosialisasi mendadak muncul. Ya, namanya juga mahluk sosial, pasti kangen lah ketemu teman-teman sekelas. 

Rasa bosan yang sedang dihadapi anak saya, kadang juga mampir di diri saya. Siapa yang pernah menyangka kalau kita akan beraktivitas dari rumah hingga saat ini. Dari bulan Maret, hingga penghujung tahun, semua orang melaksanakan School from Home, Work from Home. Ya, rumah menjadi tempat kita berada, dari bangun tidur hingga tidur lagi. Nggak ada jalan-jalan, nggak ada liburan. Hiks.. 

Kira-kira, ini akan sampai kapan, ya?
Tak jarang saya juga bertanya-tanya. Persis seperti apa yang dipikirkan anak saya.

Apalagi kalau memikirkan betapa banyak pasien dan tenaga medis yang tidak bisa diselamatkan. Ditambah lagi dengan banyaknya orang yang harus kehilangan pekerjaan. PHK, pengurangan pendapatan. Huuft, rasanya makin lama, wabah ini menjadi semakin menakutkan.


 Menjalankan Protokol Kesehatan demi Keselamatan 




Di awal-awal mewabahnya virus Covid 19, saya sempat stress. Ngeri membayangkan virus Covid 19 itu nempel di tempat yang biasa dihampiri banyak orang. Di halte, di stasiun, di angkutan umum, di barang-barang yang bisa disentuh banyak orang. Bahkan bisa beredar di lembaran uang yang kita pegang. Hii!

Untungnya, si virus bisa dihindari dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Memakai masker, mencuci tangan, membawa hand sanitizer dan menjaga jarak bisa membuat ketakutan saya agak sedikit berkurang. 

Gencarnya sosialisasi akan pentingnya protokol kesehatan membuat kesadaran masyarakat semakin meningkat. Sesaat ada rasa optimis. Yakin kalau pandemi ini segera berakhir dan kehidupan kita akan kembali normal seperti sebelumnya.

Tapi sayangnya itu nggak lama. Makin lama, masyarakat makin banyak yang abai. Mungkin lelah atau jenuh dengan keadaan yang belum juga berubah. 

Seharusnya, dengan keadaan yang kita alami sekarang, kesadaran harusnya semakin meningkat. Apalagi jika ,melihat jumlah pasien yang terus bertambah. Hari ini sudah menembus angka 599 ribu dengan kasus meninggal sebanyak 18.336. So sad! :(

Sudah tak terhitung lagi cerita sedih yang sampai di telinga kita. Banyak yang kehilangan orang-orang tercinta dalam waktu sekejap. Sakit beberapa hari, lalu meninggal. Entah itu ayah, ibu, kakak, adik dan juga teman. Dan entah berapa lagi yang akan pergi..



Vaksin untuk Menangkal Virus Covid 19




Gambar oleh Alexandra_Koch dari Pixabay 


Untuk mengatasi virus yang makin mewabah ini, memang nggak cukup hanya  dengan melaksanakan protokol kesehatan seperti yang sudah kita lakukan. Tubuh kita membutuhkan antibodi atau kekebalan supaya terlindung dari serangan virus. Vaksin adalah salah satu cara agar tubuh kita kuat melawan virus tersebut.

Sudah banyak wabah penyakit yang bisa diatasi dengan vaksin. Misalnya wabah penyakit polio, campak, cacar dan lainnya. Nah, untuk mengatasi mewabahnya virus Covid 19 ini, para ilmuwan dari seluruh dunia bekerja keras untuk mengembangkan dan menguji beberapa vaksin untuk menekan meluasnya virus Covid 19.  Salah satunya adalah Vaksin Sinochem yang dibuat oleh China. Uji coba vaksin ini terus dilakukan hingga nanti dinyatakan siap untuk digunakan. 

Semoga segala proses terkait uji coba vaksin ini dilancarkan, dan kita bisa kembali beraktivitas seperti dulu lagi, ya..

Sementara menanti hadirnya vaksin, jangan lupa, tetap jaga kesehatan. Kalau merasa badan nggak enakan dan butuh untuk berobat ke dokter, nggak perlu memaksakan diri untuk keluar rumah. Apalagi dengan situasi seperti sekarang ini. Menghindari bertemu orang banyak dapat mengurangi risiko tertular virus. Kita bisa konsultasi secara online. Pakai aja aplikasi Halodoc. Selalu ada dokter terpercaya, kapan saja dan di mana saja yang siap melayani keluhan kita. Bahkan, jika dibutuhkan peninjauan langsung, dokternya akan datang ke rumah. Mereka akan melakukan yang terbaik agar pasien merasa nyaman. 

Semoga pandemi ini segera berakhir.
Jangan lelah untuk meneruskan kebiasaan baik yang selama ini kita lakukan .Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, adalah ikhtiar kita untuk saling melindungi. 
Kamu melindungi aku, aku melindungi kamu.