26 October 2018

Tentang Menghidupkan Kepekaan Rasa




Tadinya saya ingin menuliskan ini sebagai pengingat untuk diri sendiri.  Tapi, setelah dipikir-pikir, sepertinya  baik juga kalau bisa berbagi. Siapa tau  ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian yang saya alami.

---


Rabu kemaren, sepulang sekolah Si Adek buru-buru ke kamar mandi. Teman-temannya menunggu di teras. Saya tahu, siang itu mereka akan mengerjakan tugas kelompok.

"Ma, ada teman-teman di depan. Fal mandi dulu ya.. badan gatal-gatal" teriaknya dari kamar mandi.

"Gatal kenapa, Dek?"
Saya sudah sedikit curiga. Sekilas tadi wajahnya tampak tak biasa. Apalagi nggak biasanya dia langsung mandi gitu.
"Digigit binatang ya?"
Dia nggak menjawab.
Saya temui temannya di teras.

Nggak lama Adek keluar. Mereka pamit pergi ke rumah seorang teman yang tinggal tak jauh dari rumah. Beberapa kali dia pulang ke rumah untuk mengambil bahan praktek yang ketinggalan. Saya menangkap kecemasan di wajahnya. Tapi, saya tak bertanya. 😔

Sekitar jam 5 sore, Adek pulang dan langsung ke kamar mandi. Kali ini lebih lama. Saya ngomel dan bilang jangan lama-lama di kamar mandinya.

Selesai mandi.

"Ma, tolong liatkan punggung, Ma, dari tadi perih banget. Gatalnya nggak nahan. Pengen dicakar-cakar rasanya"

Saya menarik handuk dari punggungnya. Seketika rasanya mau pingsan.

"Allahu Akbar.. Adeeeek. Kenapa punggungnya?"
Separuh bagian punggung dan bahu meruam, merah dan menebal. Bintik bintik kecil seperti gelembung yang berisi air  menyebar di beberapa tempat. Sebagian terlihat lecet. Sebagian lagi seperti kulit yang mengering. Ada dua luka lecet yang agak dalam. Meski hanya setengah senti, tapi melekuk ke dalam. Saya serap air yang terperangkap di dalamnya dengan tisu.
Badan saya terasa lemas.

"Tadi di sekolah, kesenggol botol cairan pembersih.  Lupa namanya. Pokoknya ada stek-stek gitu.."
"P*rst*x?" Tanya saya
"Iya.., itu" dia mengangguk.

"Abis itu gak Adek siram?"
'Enggak, soalnya buru-buru. Udah dipanggil-panggil disuruh cepat kumpul sholat jemaah di masjid" jawabnya.
"Jadi, Adek sholat dengan baju basah itu"
"Iya. Trus pas sholat rasanya panas, perih"

Duh, rasanya lemas membayangkan apa jadinya kulit bersentuhan dengan baju basah dalam waktu yang cukup lama. Kalau cuma air gak masalah. Tapi ini dikompres dengan cairan pembersih.

"Dek, yuk ke kamar mandi lagi. Kita siram dulu"

Sumpah, saya nggak tau harus berbuat apa. Saya hanya ingat, bila cairan pembersih terkena kulit, harus disiram dengan air mengalir. Tapi harusnya saat itu juga.
Lah, ini.. kejadiannya sudah beberapa jam. Sudah sangat terlambat.

Saya menyesali diri, kenapa saya lupa mengajarkan tentang pertolongan pertama kalau terkena benda berbahaya, apalagi yang mengandung bahan kimia.
Saya lupa menanamkan bahwa keselamatan lebih penting dari segalanya. Segala aktivitas bisa menunggu. Harusnya dia bisa minta ijin pulang ke rumah. Harusnya dia nggak takut ketinggalan pelajaran.
Harusnya dia tau kalau dia begitu berharga.
Ibu macam apa saya ini!



Ada kali sekitar 15 menit, punggungnya saya biarkan di bawah air mengalir. Saya sampai lupa, kalau sebelumnya kan dia sudah mandi. Bahkan sudah dua kali.

Ketika saya tutup punggungnya dengan handuk, dia mengaduh.

Duh, Nak, rasanya dada mama penuh 😢

Dari kamar Si Kakak datang sambil bawa hp.

"Ma, itu bahaya kalau dibiarkan. Bisa infeksi. Trus bernanah"
Kakak menyodorkan hp. Saya membaca hasil browsingnya.

Seketika kecemasan saya semakin meninggi. Ngeri! Kami segera ke rumah sakit terdekat.
Waktu terasa lama.

Di ruang tunggu, sesekali Adek meringis kalau punggungnya gak sadar menyentuh sandaran kursi.
Saya mengajaknya ngobrol. Sekadar mengalihkan keinginannya untuk menggaruk punggung. Kalau bosan, dia main game. Kalau gatal tak tertahankan dia menggenggam tangan saya dengan erat.


Hampir dua jam menunggu, baru namanya dipanggil. Kami maju. Dokter memeriksa punggungnya. Dan menginstruksikan perawat untuk melakukan penanganan terhadap lukanya. Nantinya akan dikasih obat dan salep untuk perawatan di rumah.
Alhamdulillah, kata dokter nggak apa-apa.

Punggung Adek dibersihkan dan dikompres dengan perban yang diberi cairan yang saya lupa namanya.

Katanya perih. Tanpa dikasitau pun saya bisa menduga pasti rasanya perih. Terlihat dari caranya meremas alas tempat tidur.

Seorang Ibu mendekat sambil tersenyum. Sedikit berbisik, dia bilang "saya pikir anak saya aja yang kurus!"

Tenggorokan saya tercekat. Tapi, saya paksakan tersenyum. Dia lanjut cerita tentang aktivitas anak sekolah dan lainnya. Tapi, hati saya terlanjur patah. Saya sibuk menduga kata-katanya. Apakah maksudnya anak saya lebih kurus daripada anaknya?


Huft, saya menghela napas. Jujur, malam itu perasaan saya sedang kacau. Saya sedang merasa gagal menanamkan betapa pentingnya untuk bertindak cepat dalam kondisi darurat. Saya juga menyesal mengapa tak bertanya lebih jauh, saat menangkap ada kecemasan di wajah Adek. Saya mengabaikan kepekaan rasa. Naluri seorang Ibu yang mencium ada sesuatu yang tidak beres.
Dan sekarang, ditambah lagi dengan rasa gagal membesarkan anak dengan baik. Anak saya kurus!



Saya seka kedua ujung mata saya yang basah. Saya pandangi badannya yang baru beranjak remaja. Beberapa bulan ini, tingginya memang melesat. Kaki panjangnya membuat semua celana ngatung dan harus diganti dengan yang baru. Kami semua bahagia melihatnya tumbuh tinggi. Meski sesekali juga pernah menertawakan kelangsingannya.

"Ma.. " Adek memanggil saya.
Saya mendekatkan kepala.

"Ma.. kasian ya, Novel Baswedan. Di punggung aja sakitnya kayak gini. Apalagi di mata. Nggak kebayang itu sakitnya gimana"

Masya Allah, seketika saya tersadar. Sesungguhnya anak saya masih dilindungi dari bahaya yang lebih besar. Bisa saja kan, cairan itu tumpah ke bagian lain. Naudzubillah.

Saya mengucap syukur. Syukur yang teramat dalam.

Saya yakin, ada hikmah dan pelajaran di balik kejadian ini. Adek pastinya akan lebih berhati-hati lagi. Nggak grasa grusu dalam melakukan sesuatu. Insya Allah, pelajaran mahal ini akan dia bawa sebagai pengalaman hidup.

Pelajaran lainnya adalah soal menghidupkan lagi kepekaan rasa. Peka terhadap sesuatu yang tak biasa dan peka juga pada perasaan orang lain.

Bila tak bisa mengucap kata-kata yang membawa kesejukan, lebih baik diam.
Tahan diri atau doakan dalam diam.

Jangan sampai ada hati yang patah karena lisan yang salah berucap. Meski maksudnya bukan untuk  menyudutkan.
Salah persepsi sudah sangat sering terjadi, kan..


Oh ya, saat menulis ini, alhamdulillah punggung Adek sudah membaik. Gelembung-gelembung kecil yang berisi air sudah mengering dan lenyap. Rasa gatalnya juga sudah hilang. Alhamdulillah, benar-benar nggak nyangka akan pulih secepat ini.

Terima kasih untuk semua teman-teman yang mendoakan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah ya..
(Aamiin)



















18 October 2018

PROTEKSI DIRI DARI PENYAKIT KRITIS DENGAN PRIMA DARI BCA DAN AIA




Padatnya aktivitas sehari-hari, tanpa disadari kadang membuat kita lupa menjaga kesehatan. Lupa untuk istirahat cukup. Lupa menjaga pola makan. Bahkan lupa untuk berolahraga.

Apalagi bila tekanan kerja meningkat. Waktu terasa begitu cepat. Tuntutan pekerjaan yang terus meningkat dan sulit diatasi, tanpa kita sadar, lama-lama bisa menimbulkan stress.

Baru nyampe rumah, pantang kesulut dikit bawaannya marah-marah. Lalu memicu tensi darah naik.

Stress yang menghantui, pola makan yang nggak dijaga membuat tubuh kita rentan terkena penyakit. Penyakit mudah sekali datang pada orang yang stress dan pada kondisi tubuh yang tidak fit. Mulai dari penyakit ringan, sampai penyakit yang berat atau penyakit tidak menular seperti sakit jantung dan lainnya.

Tapi, kalau kita ngobrolin soal penyakit. Pada kenyataannya, banyak juga menimpa pada orang yang baik-baik saja. Pernah dengar, kan, pengalaman teman atau kerabat yang tadinya seolah tampak sehat, tiba-tiba terserang penyakit kritis seperti penyakit jantung atau stroke?

Kabar ini mengejutkan. Menyadarkan kita kalau Penyakit-penyakit seperti ini, akan selalu mengintai. Tidak bisa diprediksi.

Masalahnya adalah biaya berobatnya nggak bisa dibilang sedikit. Apalagi untuk orang yang nggak punya tabungan, situasinya pasti akan terasa sulit.

Lebih sedih lagi bila ternyata, keluarga ikut menanggung biaya pengobatan. Mau nggak mau pasti jadi dilema juga.

Proteksi Penyakit Kritis Maksima (PRIMA) Persembahan  BCA & ASURANSI AIA



Menyadari bahwa datangnya penyakit memang tidak bisa diprediksi, BCA bekerjasama dengan AIA, meluncurkan PRIMA - Proteksi Penyakit Kritis Maksima, pada tanggal 11 Oktober 2018 lalu, bertempat di Kembang Goela Resto, Jakarta.

Hadir pada hari itu, Direktur BCA Suwigyo Budiman, Direktur BCA Erwan Yuris Ang yang didampingi oleh Senior Executive Vice President Wealth Management BCA Christine Setyabudhi, Executive Vice President Wealth Management Eva Sumampouw, Presiden Direktur AIA Financial Ben Ng, Direktur Distribusi Kemitraan AIA Financial Naresh Krishnan dan Chief Marketing Officer AIA Financial Lim Chet Ming.






PRIMA adalah produk bancassurance, kerjasama BCA dengan perusahaan asuransi AIA yang merupakan produk asuransi tradisional yang memberikan proteksi penyakit kritis seumur hidup yang meliputi tiga resiko, yaitu penyakit kritis, meninggal dan meninggal akibat kecelakaan.

PRIMA memberikan manfaat 100% uang pertanggungan untuk kejadian meninggal, dan 200% uang pertanggungan manfaat meninggal akibat kecelakaan. Sedangkan untuk penyakit kritis minor mendapat pertanggungan sebesar 100%, tindakan bedah angioplasti sebesar 25% pertanggungan dengan jumlah maksimal 250 juta, penyakit kritis minor (opsional) sebesar 25% uang pertanggungan dan manfaat akhir polis sebesar 100% uang pertanggungan.

Dijelaskan juga oleh Chief Marketing Officer AIA Financial Lim Chet Ming, PRIMA memberikan perlindungan terhadap 60 kondisi penyakit kritis major ( termasuk kanker dan serangan jantung) dan tindakan bedah Angioplasti.

Bagaimana dengan masa pembayarannya?

Nah, untuk pembayaran premi nasabah bisa memilih rentang waktu antara 10 atau 20 tahun dengan premi yang terjangkau, mulai dari 300 ribu. Nasabah akan mendapat perlindungan hingga seumur hidup. Premi juga tidak akan berubah sepanjang masa pembayaran. Tetap berdasarkan usia masuknya.

Cara ikutan asuransinya?
Gampang, tinggal datang ke cabang BCA terdekat, dan pilih sendiri mau ikutan yang mana. Yang penting, sesuaikan dengan kebutuhan.



Menjalani hidup sehat, adalah dambaan semua orang. Tapi, sebagai manusia yang tak berdaya, tak ada salahnya kita melakukan proteksi diri untuk mengatasi kondisi yang sama sekali tak bisa diprediksi. PRIMA bisa jadi solusi untuk tenangkan hati.





Selamat menjalani aktivitas dan tetap jaga kesehatan ya teman-teman.. :)






(*Sebagian foto milik Imawan Anshari :)







07 October 2018

Pristine 8+ Sahabat Jalani Gaya Hidup Sehat Seimbang




Akhir-akhir ini saya sering merasa cepat lelah, pusing dan kadang disertai dengan sakit di bagian pinggang. Rasanya nggak enak banget. Cukup mengganggu karena sering membuat rencana yang sudah saya susun jadi terkendala. Padahal, saat ini saya sedang semangat-semangatnya mewujudkan impian.

Coba bayangin deh, sebelum tidur saya membuat list pekerjaan yang akan saya kerjakan esok hari, rencananya sih oke, tapiiii.. kadang hanya beberapa aja yang bisa terlaksana. Penyebabnya? Siang hari tiba-tiba kepala rasanya berat. Di lain hari kadang disertai dengan munculnya sakit pinggang. Uuuh, nggak kuat rasanya kalo dipaksain duduk. Akhirnya rencana menguap karena saya terpaksa tiduran menunggu baikan. Hiks, rasanya sedih banget deh. Jadinya seperti keinginan besar tapi tenaga kurang. Ujung-ujungnya faktor U yang jadi kambing hitam.  Padahal, banyak orang dengan usia yang sama tapi tetap sehat-sehat aja.

Karena sering banget pusing, saya mulai menelusuri kebiasaan saya yang mungkin tanpa saya sadari menjadi penyebabnya. Saya cek lagi, berapa gelas air yang saya minum setiap hari. Saya install lagi aplikasi drink reminder di HP. Ternyata, saya banyak lalainya. Tubuh saya kayaknya sering dehidrasi. Kulit mulai kering dan selama ini saya sadari, saya sering mengabaikan rasa haus yang muncul. Ih, pokoknya enggak banget. Padahal cuaca di Jakarta, panasnya bikin keringat keluar terus.  Udah kurang minum, kurang makan sayur, malamnya sering begadang juga karena terlalu asyik ngerjain pesanan. Duh, hidup saya benar-benar nggak seimbang.

Sadar dengan kebiasaan yang nggak sehat, akhirnya saya memutuskan untuk mulai membenahi gaya hidup yang nggak seimbang. Saya memulainya dengan disiplin memenuhi cairan yang dibutuhkan tubuh. Apalagi untuk saya yang sudah terlanjur merasa nggak nyaman dengan keluhan penyakit. Saya harus memastikan kalau tubuh terhidrasi dengan baik. Jadi, saya pilih air yang cepat diserap oleh tubuh. Saya minum Pristine 8+ yang mengandung mikromolekul yang lebih cepat diserap tubuh. Pristine 8+ adalah air alkalin yang mengandung pH tinggi untuk menjaga tubuh tetap dalam kondisi basa. Bisa untuk detoks juga.  Pokoknya, demi lancar beraktivitas, saya dan Pristine 8+ harus jadi sahabat dekat.




PRISTINE 8+ AGAR TUBUH TETAP FIT


Saat awal mengenal Pristine 8+ sempat timbul pertanyaan juga, kenapa sih, baiknya minum air yang mengandung pH tinggi. pH adalah satuan ukur untuk menunjukkan tingkat asam atau basa dari suatu larutan. Air dengan pH lebih dari 7 yang bersifat alkali sangat baik untuk tubuh.



Ternyata pH rendah dapat disebabkan karena berbagai hal. Bisa karena kandungan Co2 dalam tubuh yang terlalu banyak akibat polusi udara, serta asupan makanan yang kurang tepat. Membuat tubuh mengalami berbagai perubahan. Rambut jadi nggak sehat dan penuaan dini.  Penuaan dini ini, serem banget ya.. hahaha

Nah, pH tinggi dapat menetralkan kembali asam tubuh menjadi seimbang. Membuang racun-racun yang masuk. Dengan pH tubuh yang netral, tubuh akan menjadi rileks, merasa fit dan segar.

Pristine 8+ dibuat dengan teknologi  NIHON TRIM yang merupakan perusahaan produsen mesin ionisasi nomor satu di Jepang. Sehingga kualitasnya sangat baik dan aman untuk dikonsumsi. Aman untuk yang punya sakit mag.

Memang beda sih, setelah rutin minum Pristine 8+ saya merasa lebih bersemangat. Badan rasanya fit. Sakit kepala sudah jauh berkurang. Dan rasa sakit di bagian pinggang menghilang dengan sendirinya.


Selain minum Pristine 8+, saya juga mulai membenahi pola makan dan sedang berusaha keras untuk olahraga. Supaya gaya hidup sehatnya nggak nanggung. Di awal-awal, olahraga ringan aja sih. Peregangan dan jalan kaki seputar komplek. Mudah-mudahan bisa terus ditingkatkan dengan waktu yang lebih lama. Ya, maklumlah, anak-anak sekolahnya pagi, jadi jalannya nggak bisa lama-lama. Kecuali di hari sabtu. Kalau minggu? Hm, minggu udah sibuk sama urusan me time lainnya :)



Btw, Pristine 8+ ini, kemasannya cantik banget ya.. langsing dan mudah dibawa-bawa. Tapi, sebenarnya Pristine 8+ tersedia dalam beberapa ukuran lho. Selain hadir dalam kemasan botol dengan ukuran yang berbeda, tersedia juga ukuran galon untuk konsumsi keluarga. Jadi, nggak ada alasan lagi untuk malas minum.

Menjaga kondisi tubuh agar selalu sehat, sama juga dengan menghargai apa yang sudah Allah SWT berikan kepada kita. Mengubah gaya hidup mungkin nggak selalu mudah. Tapi, nggak mau jugakan, kalau udah sakit baru nyesel belakangan. Yuk lah, semangat. Nggak ada kata terlambat. Mulai sekarang, yuk hidup seimbang.