Gara-gara Junior Cheft
Ada yang berubah!
Ya, sejak anak perempuanku Tita sering nonton Junior Cheft Australia, keinginannya untuk jadi cheft semakin menjadi-jadi. Setiap sore tiba, dia selalu mikir mau masak apa buat makan malam. (mengalahkan aku, emaknya ! :) Meskipun menu buat makan malam sudah ada, tapi dia selalu berniat bikin sesuatu.
Majalah-majalah masakan di baca-baca lagi. Peralatan masak dia cek ulang. Bumbu dapur juga di tulis kalo ada yang kurang.
Seperti kemarin waktu aku berencana mau belanja, dia udah wanti-wanti:
"Ma, jangan lupa nanti beli kecap ikan , jeruk lemon, saos tomat ya!"
"Terus, mama beli aja apa yang enak untuk di masak!" tambahnya lagi.
Hehee...,kata-katanya itu bikin aku senyum-senyum. Memang dulu dia sempat ikut eskul Cookery di sekolah. Dan itu membuat ia selalu pede berada di dapur. Aku cuma selalu mengingatkan supaya berhati-hati sama yang namanya pisau dan kompor.
Dulu, dia sempat maksa bantu aku goreng kerupuk, karena baru pertama dan kurang hati-hati, tangannya kecipratan minyak. Kejadian itu membuat ia trauma, dan sempat beberapa minggu nggak nengok dapur. Tapi lama-lama jadi kangen juga. Terciptalah beberapa resep omelet yang di garnish cantik jelita. Beberapa hari kemudian praktek bikin minuman lemon tea plus jahe. Trus, ayam bakar, bolu kukus dan roti burger. Semuanya terhidang dengan manis. Sepertinya, hatinya ikut bicara dalam setiap hidangan buatannya. :)
Tapi kemarin siang, aku kaget dan hampir marah.
Maksudnya dia sih mau bikin kejutan. Tanpa setahu aku, dia bikin puding. Dan memakai panci yang cukup besar untuk di angkat sama anak sebesar dia. Pas aku ke dapur, dia lagi ngangkat panci itu dengan kedua tangan sampe setinggi dada, maksudnya mau di tuangin ke cetakan yang udah dia siapkan. Tapi adonan pudingnya terlalu panas dan bikin mukanya jadi kena uap. Terang aja, aku yang baru masuk dapur langsung ngambil langkah seribu, sibuk nyari lap buat gantiin lap dia yang kekecilan. Ya Allah, entah apa jadinya kalo aku telat datang. Segera ku amankan benda-benda yang membuat dia nyaris celaka. Sambil sedikit ngomel, ku angkat cetakan berbentuk hati itu pelan-pelan. Sementara petuah-petuah terus saja mengalir.
Dia berdiri dengan wajah pucat dan mengelus dada.
"Ma, sebenarnya tadi itu, kakak bisa ngangkatnya! cuma gara-gara mama datang, jadinya kakak kaget!" katanya menjelaskan.
"Mama tuh harusnya percaya aja.." katanya lagi.
Huuuh, hatiku yang masih dag dig dug campur aduk,apa tadi aku yang terlalu panik?! lalu, aku berusaha tampil setenang mungkin, meskipun tadi sudah mengomel. Pelan-pelan aku jelaskan, bahaya yang mungkin saja bisa terjadi. (Aku nggak mau juga kalo dia sampe trauma, atau nantinya malah nggak mau nengok dapur)
Akhirnya dia mengerti, dan berjanji nggak akan mengulangi lagi, sampai nanti badannya sudah cukup besar dan bisa melakukannya sendiri. Dia berjanji akan selalu minta tolong padaku.
Hmm...,lega rasanya. Tapi dalam hati aku berjanji untuk tetap waspada, jangan sampai ini terjadi lagi.
Sore hari, puding buatannya sudah jadi. Katanya nggak pakai banyak hiasan, karena masih deg-degan sama peristiwa sebelumnya. Jadi Puding jeruk lapis Nutrijel itu cuma di kasih buah cerry di atasnya. Dengan semangat dia membagi-bagikan sambil berkata"
"Ayo, silahkan di makan, puding jeruk buatan cheft Tita!"
"Ayo, ayo di coba...,jangan lupa di tulis nilainya berapa ya, soalnya ini masakan Junior Cheft" katanya bangga.
Hmm...,aku tersenyum, dalam hati bersyukur pada Allah,karena tidak terjadi apa-apa padanya.
(Ini dia puding jeruk lapis Nutrijel yang hampir membahayakan anakku...)
dan puding ini langsung masuk perut.Glek-glek.. :) |
Post a Comment
Hai komentar kadang-kadang di moderasi untuk menghindari komentar spam ^^
Terima kasih sudah berkunjung ya.. :)