Rumah kami memang nggak pake asisten. Semua dilakukan sendiri. Pernah sih, beberapa kali pake asisten, tapi selalu berujung pada ketidakpuasan, dari kerjaan yang nggak beres, suka ngerumpi ke tetangga dan hilangnya barang-barang secara misterius. Terakhir, sang asisten bilang ke keluarganya, kalo dia nggak di bayar selama dua bulan. Masya Allah, kaget banget. Padahal, untuk gaji bulan ketiga aja dia udah kasbon separuh gajinya, waktu gajian bulan kedua. Setelah di kroscek akhirnya ketahuan dia hanya menghindar untuk bayar hutang ke salah satu kakaknya. Halaah-halaaah, urusan keluarga sampe bawa-bawa kita. Ealah, kok malah jadi ngerumpi ya..,hehe.Cape deeh!
Sejak peristiwa itu, kami sepakat untuk nggak pake asisten dulu. Secara perasaan, memang rasanya lebih bebas dan tanpa beban. Untuk saat ini, cukup enjoylah.
Tapi kerasa banget kalo lagi sakit. Nggak punya sodara yang bisa bantuin. Namanya juga hidup merantau. Jadi harus mandiri. *sambil nangis sendiri..,hihiiii
Nah, kejadian sakit selama beberapa hari ini, ternyata menjadi sebuah keuntungan buat hubby. Dengan mengambil alih tugas menyiapkan anak-anak berangkat sekolah, menyiapkan sarapan,( pulang sebentar pas istirahat kantor) nyiapin makan siang dan sepulang kantor nyiapin makan malam, namanya jadi begitu harum di mata anak-anak.
Sambil memeluk aku sepulang sekolah, adek cerita penuh semangat, matanya berbinar-binar.
"wuih maa..,tadi ayah bikin sarapannya enak banget!"
"Emangnya ayah bikin sarapan apa?"
"Roti bakar isi meises sama telor ceplok"
Hehee..., padahal aku juga suka bikin roti bakar. Tapi kok responnya beda ya? *bingung*
"Bekalnya juga enak ma? Fal makan sampe habis."
"Emang ayah bikin bekal apa?"
"Kentang goreng sama nugget, trus pake saos tomat sachet. Pas mau makan saos tomatnya Fal bikin jadi titik-titik yang banyak di atas kentang. Teman-teman pada ketawa semua. Wah, pokoknya enak ma!"
Aku tersenyum sambil bingung.
Pujian itu terus berlanjut saat makan siang, makan malam, lalu sarapan besoknya dan makan berikutnya. Selama tiga hari itu, pujian selalu tertuju buat sang ayah. Mulai dari semur buatannya, sup sayur, nasi goreng, semuanya enak. Pujian itu sungguh bernilai. Pujian yang diucapkan dengan mata berbinar dan tulus.
Hm, aku terus berpikir apa sebabnya mereka terus memuji, tentu saja dengan sedikit iri.. ;) Dan aku mengerti, anak-anak suka sekali melihat ayahnya sibuk-sibuk di dapur. Mencurahkan perhatian buat mereka. Ayah yang selama ini selalu sibuk dengan urusan kantor, sekarang bisa membuatkan sarapan dan bekal buat mereka. Sesuatu yang membuat makanan apapun jadi enak, meises jadi super lezat , bahkan teh manis pun bisa jadi teh manis yang paling enak sedunia. Saat ku sampaikan pujian anak-anak kepadanya, si ayah hanya tersenyum manis dan sedikit tersipu..
Hmm..,gimana nggak senyum manis ya, pujiannya beruntun begitu... :)
Aku aja yang udah terus-terusan bikin sarapan di anggap biasa aja tuh! hehee..
Nah, begitulah cerita yang terjadi kemarin, sekarang aku sudah baikan dan bisa beraktivitas lagi. Ada sedikit pesan buat para ayah nih, jangan ragu buat ngambil tugas istri ya? Pujian tulus dari anak kita nggak ada tandingannya lho.., pandanglah tatapan mata dan senyuman mereka, rasanya selangit. DIJAMIN! :D