Aku dan sahabatku,punya kisah tentang suami pilihan.
Kala itu kami sudah memasuki usia yg cukup untuk memulai hidup baru.
Sahabatku dilanda kebimbangan karena punya dua pilihan.
"Gimana niih. Yang satu orangnya ganteng,kaya dan baik hatinya.
yang satunya wajahnya biasa,sopan dan baik juga.
"Yang ganteng dong Ann, sudah kaya,baik pula'!temanku yg lain menyela,disusul selaan yang lainnya.
"Ya..ya..yang ganteng saja.Aku dan yg lainnya sepakat untuk memilih siganteng.Anninda tampak bingung.
"Apalagi sih Ann ?Baiknya sama,ya pilih yang enak dilihat dong.itung-itung memperbaiki keturunan..,hahaha...
tawaku dan teman-teman pecah mewarnai langit sore itu.
Namun Anninda sahabatku belum juga memutuskan.Dia tak mau menetapkan pilihan hanya berdasarkan keinginannya semata.Hanya berdasarkan apa yg tampak dari luar.
"Aku harus bertanya kepada Allah,bisiknya..
Dan ku tau,dia tak henti-hentinya berdoa,menunggu tengah malam melakukan istiqarah,dan apa saja,seolah terus mencari celah untuk berinteraksi dengan Allah..
Sampai suatu hari dengan lantang Anninda berkata:
"Hatiku sudah mantap.
Aku memilih A siwajah biasa..
(aku dan teman-teman terpesona mendengar keputusannya)
Dan kini belasan tahun Anninda hidup dengan suami pilihannya itu,tak pernah sekalipun kulihat gurat sedih diwajahnya yang semakin merona
dan aku benar-benar iri padanya.
Bagaimana tidak? Laki-laki berwajah biasa itu selalu menjadi Imamnya setia membangunkannya tengah malam,tak sabar menyambut fajar,subuh,dhuha...semuanya,belum lagi lantunan ayat-ayat suci yang selalu bergema dirumah indah mereka yang penuh cinta.
Huuuuuh....,aku menghela nafas yang terasa kian berat,letih mengingat aku sedang berada dalam dilema,ditengah kebimbangan yang melanda.
Keputusan Anninda memang tepat untuk menyerahkan pilihannya kepada Allah.
Tulus akupun ikut bahagia dengan kehidupannya.
Sekilas, kulirik lelaki pilihanku yang tertidur pulas disampingku......
"Dia memang tampan
Dia memang baik
Tapi,dia tak pernah jadi imam..
Rasanya ingin aku berteriak memecahkan keheningan malam,melontarkan beribu pertanyaan,berjuta protes,mempertanyakan keputusan yang aku buat sendiri..
"Mengapa harus dia lelaki yang aku pilih
Mengapa harus dia..
Mengapaaaaaaaa..
Tiba-tiba aku tersadar,aku sudah berada dipenghujung malam.
Bergegas aku berwudhu,membasuh semua penat diwajahku.
Dingin menembus kulitku,tapi aku tak peduli, ini harus ku Paksakan.
Aku harus memohon apa yang ku inginkan.
Kutinggalkan semua kepenatan dan dengan santun aku berucap..:
"Ya ALLAH....kumohon..
Jangan biarkan aku sendirian
.Jangan biarkan aku "sendirian......
Tangisku kencang membungkam malam yang hampir usai.
No comments:
Post a Comment
Hai komentar kadang-kadang di moderasi untuk menghindari komentar spam ^^
Terima kasih sudah berkunjung ya.. :)