08 September 2018

TANTANGAN MENDIDIK ANAK DI ERA DIGITAL




Hal yang tak lagi asing dilihat pada saat ini, adalah anak-anak yang akrab banget sama gadget. Entah itu lagi main game, atau sedang mantengin youtube. Di tempat umum, food center, di ruang tunggu, anak-anak selalu betah dengan gadgetnya.

Seperti yang kita tahu, gadget memang punya daya tarik luar biasa yang sangat melenakan. Ya, orang dewasa pasti tau lah. Gadget bikin addicted. Ya, kan.. ya, kaaan?
Kita aja, seharian nggak buka sosmed, rasanya kayak ada yang manggil-manggil.
Eh, apa saya aja kali, ya.. >,<

Hidup di era digital seperti saat ini, memang menjadi tantangan bagi orang tua dalam hal mendidik anak. Saingannya bukan manusia lagi. kalau nggak pinter-pinter mengatasinya, pada saatnya nanti, perlakuan kita akan menjadi bumerang yang akan menyerang diri sendiri. Serem, ya..

Nah, tanggal 31 September lalu. saya berkesempatan hadir di SIS Bonavista, Singapore Intercultural School, untuk mengikuti bincang-bincang bersama Blogger Perempuan yang menghadirkan seorang praktisi psikolog anak Elizabeth T Santosa yang lebih akrab dipanggil Miss Lizzy.


Topik yang dibahas adalah Raising Children in Digital Era. Cocok banget sama masalah yang sedang dihadapi orang tua pada saat ini.

Sebenarnya, sejak usia berapakah anak perlu dikenalkan dengan gadget?


Hm, ketika miss Lizzy menanyakan hal ini, jawaban yang muncul beragam. ada yang jawab, usia balita, SD, SMP dan banyak lagi. Ternyata, Miss Lizzy bilang, anak-anak gakpapa dikenalkan dengan gadget. Karena banyak manfaat positif yang bisa diambil. Tergantung bimbingan orang tua dan penggunaannya seperti apa.   Lewat game yang dikhususkan untuk anak-anak, anak bisa belajar banyak hal. Youtube pun sama. Akan banyak hal positif bila kita bisa menyaringnya.

Gadget, bukan monster yang harus ditakuti. Kita nggak bisa menjauhkan mereka, karena pada masanya nanti, mereka akan tumbuh dan harus menyesuaikan diri dengan pesatnya tehnologi. Apa jadinya, bila mereka nggak dikenalkan sejak awal. Yang ada, jadi gagap tehnologi.

Yang harus dipahami adalah antisipasi orang tua terhadap akibat yang ditimbulkan gadget. Dari segi konten sih, udah jelas ya. Jangan sampai anak terpapar konten negatif. Pornografi misalnya. Karena ingatan terhadap hal-hal yang berbau pornografi susah hilangnya. Jadi, tutup segala kemungkinan anak bisa mengakses konten pornografi dengan membuat pengamanan.



Selain mengamankan konten pornografi, akibat lain yang muncul karena gadget adalah, sikap malas bergerak. Anak jadi betah berjam-jam nggak bergerak. Lupa makan, lupa minum. Malas disuruh dan menolak bergaul. Baginya dunia mengasyikkan hanya ada dalam benda tipis yang ajaib itu.

Belum lagi masalah daya tahan anak dalam menghadapi setiap masalah yang mungkin akan terjadi. Kita, orang tua yang nggak mungkin selalu ada di belakang mereka. Mereka harus dibentuk menjadi anak yang siap menghadapi apapun. Nggak manja.

Yah, untuk menghindari hal itu, kata Miss Lizzy, segalanya bermuara dari kebiasaan orang tua. Kita sering lupa bahwa kita adalah teladan bagi anak. "Children see, children do" mereka nggak tumbuh begitu aja. Kita lah yang mengisi jiwanya.  Membangun komunikasi sejak awal. Anakpun nggak tiba-tiba aja jadi suka pegang gadget, kan.. Pasti karena orang tua duluan yang menggunakannya di depan mereka. Jadi, kita harus introspeksi diri juga.

Trus, gimana dong, kalau sudah terlanjur menjadi kebiasaan?


Nggak ada kata terlambat sih. Cuma butuh komitmen dan ketegasan orang tua. Balikin lagi masa kecil anak-anak sebagaimana mestinya mereka menjalaninya. Bermain bersama. Berinteraksi, menggambar, bernyanyi dan banyak hal lain yang bisa mengisi kekosongan waktu yang ada. Boleh gunakan gadget, tapi hanya beberapa jam saja. Atau hanya boleh di setiap akhir pekan.

Dengan memperbanyak aktivitas bersama, tubuh mereka jadi bergerak terus. Hubungan antar keluarga juga akan lebih erat. Hm, gimana?

Boleh ya, dicoba..


Mengenal lebih jauh SIS Bonavista




Usai bincang-bincang dengan Miss Lizzy, saatnya tour SIS Bonavista. Kami akan diajak berkeliling untuk melihat fasilitas apa saja yang ada di sekolah yang 80% dari siswanya berasal dari kalangan ekspatriat. Bahasa yang digunakan ada tiga, yaitu bahasa Inggris sebagai bahasa utama, yang kedua bahasa mandarin dan bahasa Indonesia.

Saya teringat ketika pertama kali memasuki area Singapore Intercultural School yang berlokasi di daerah Lebak Bulus ini, pengamanannya sangat ketat. Pengunjung harus melalui pemeriksaan dan wajib meninggalkan kartu identitas. Tentu saja keamanan, menjadi salah satu dambaan orang tua, ya.
Ternyata sekolah ini sudah berdiri selama 17 tahun dengan murid tingkatan mulai dari preschool, primary, secondary dan junior college.




Tour kami dimulai dengan mengunjungi laboratorium. Fasilitasnya lengkap dengan suasana yang sangat nyaman. Begitu juga dengan ruang-ruang lainnya. Dalam bayangan saya, murid-muridnya pasti betah banget sekolah di Singapore School  yang nyaman seperti ini.







Selain itu, di bagian lain, kita bisa melihat berbagai hasil karya murid-murid dipajang dengan cantik.






Menarik sekali ya..



Mendidik anak dengan baik, percaya diri dan mendukung minat dan bakat anak adalah keinginan kita sebagai orang tua. tanpa dukungan kita, bakat mereka akan tenggelam.

Di SIS Bonavista, hal-hal inilah yang ditanamkan kepada siswa, agar nantinya mereka dapat meraih cita-cita. Menjadi orang yang berguna bagi dirinya, orang lain dan dunia.












bm

Hai, terima kasih sudah mampir dan membaca tulisan saya. Have a Nice Day! Salam :)

10 komentar

Hai komentar kadang-kadang di moderasi untuk menghindari komentar spam ^^
Terima kasih sudah berkunjung ya.. :)

  1. Terimakasih sudah membuat blognya, sangat menginspiratif sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, iya, terima kasih juga sudah berkunjung :)

      Delete
  2. Sangat bermanfaat sekali blognya.

    ReplyDelete
  3. Gadget bagaikan mainan wajib anak-anak ya bunda hehe

    ReplyDelete
  4. Memang penuh tantangan sekali ya bunda, mendidik anak di era digital sekarang ini hehe

    ReplyDelete
  5. Saya setuju sekali, orang tua sangat berperan penting dalam hal ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, didikan orang tua lah yang paling utama

      Delete
  6. Pengalamannya sangat mengispiratif sekali.

    ReplyDelete
  7. Masalah gadget ini PR banget sih. Orangtuanya kudu kreatif bikin aktifitas buat anak sehari-hari di rumah. Sekolahnya idaman bangett

    ReplyDelete
avatar
Admin Sejenak Bercerita Online
Welcome to Sejenak Bercerita theme
Chat with WhatsApp